Kamis, 24 Maret 2011

Yang Pergi Tanpa Melambaikan Tangan

Hanyut dalam euphoria 
lantunan musik untuk menutup perjamuan 
hari itu, semua bubar 
melangkah pergi meninggalkan tanah  
lapang rumput-rumput hijau
dengan beberapa gengam keceriaan 
yang terus terbawa sepanjang jalan.

Sebelum berpisah, 
kami lupa untuk melambaikan tangan. 
hanya senyum bertemu 
dengan senyum di beranda hati kami.

jauh dari sebuah sikap yang melankolis 
sebenarnya setelah perjamuan itu, 
kita sepakat dalam hati, 
setelah ini tidak ada apa-apa lagi 
antara seorang pejalan dengan 
pemain musik pertunjukan di pesta perjamuan.

Sisa hidup ini telah terisi 
dengan beragam jejak hati 
dan lambaian tangan yang mengarak harapan 
bahagia, tapi suatu ketika kenyataan berkata lain. 
sering berakhir dengan elegi.

Baiklah sebagai penutup perjumpaan, 
selalu aku bacakan isi dari Bhagavadgita; 
“mereka semua dilahirkan ke dunia ini 
karena darma..” 
“lakukan kwajibanmu tanpa engkau 
mengharap imbalan dari perbuatanmu..”

Seperti juga ketika engkau berpisah, 
berlalu tanpa melambaikan tangan, 
seolah engkau mengikhlaskan 
semua yang engkau perbuat tanpa 
harapan bakal dikenang dan dihargai. 
 
Hidup adalah hari ini, 
besok kita pun belum tahu apa 
yang akan terjadi, 
dan belum tentu juga kita akan selalu bermakna.

(Jogjakarta/2011/Katjha)
 
 
 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar