PPT kembali mendapat penghargaan. Melalui perekayasa bidang teknologi material BPPT, Eniya Listiani Dewi, BPPT berhasil mendapat predikat juara II dalam Lomba Inovasi yang diselenggarakan oleh Direktorat Jenderal Hak Kekayaan Intelektual (Ditjen HKI) Kementerian Hukum & HAM RI.
Bersama dengan 4 orang lainnya, Eniya berhasil pada kategori Bidang Kimia pada lomba yang bertemakan Menyiasati CAFTA Dengan Lomba Inovasiâ tersebut.Lomba Inovasi yang diadakan dalam rangka memperingati Hari HKI Sedunia ke-10 tersebut dibagi menjadi tiga bidang, yaitu Kimia/Farmasi/Biologi, Mekanik/Teknologi Umum, dan Elektro/Fisika.
Kami mendapatkan juara II dalam bidang Kimia dengan menghasilkan inovasi membran yang menggunakan nanopartikel. Membran yang kami hasilkan dapat digunakan sebagai substitusi membran komersial yang selama ini biasa digunakan di pasaranâ, tutur Dewi saat wawancara dengan redaksi, Selasa (13/07).
Dengan nama produk ThamriON, membran yang dikembangkan oleh Dewi dan tim memiliki beberapa kelebihan dibanding membran komersial. Membran ini bisa digunakan dalam dua jenis fuel cell yaitu fuel cell berbahan bakar gas hidrogen dan fuel cell berbahan bakar likuid alkohol. Penggunaan membran ThamriON akan semakin meningkatkan efisiensi fuel cell karena dapat mengurangi leak hingga 50%. Pengembangan membran ini telah dilakukan sejak tahun 2006 lalu bekerjasama dengan industri nasional dalam penyediaan bahan bakunyaâ.
Membran ini juga memiliki harga yang jauh lebih murah dibanding dengan membran komersial. Jika membran komersial yang sekarang dijual di pasaran harganya berkisar US$1000/m2, maka membran ThamriON dari harga materialnya saja hanya Rp 2000/m2, lanjut Dewi.
Proses pembuatan membran dimulai dari polimer jenis Acrylonitrile Butadiene Styrene (ABS) dengan ketebalan 60 mikron yang bersifat isolator, kemudian disulfunasi menggunakan asam sulfat biasa hingga berubah sifat menjadi konduktor. Setelah itu, proses dilanjutkan dengan menambahkan nanopartikel pada membran Proses penambahan nanopartikel ini bahkan telah mendapat penghargaan dalam Asian Excellence Awards di Jepang pada 2009 lalu, jelas Dewi.
Kurang berkembangnya fuel cell di Indonesia menurut Dewi membuat komersialisasi membran ThamriON masih harus menunggu Namun demikian, meskipun tidak digunakan dalam fuel cell, membran ini masih dapat dimanfaatkan sebagai filter untuk ion logam dalam proses pengolahan limbah. Jadi tidak ada alasan untuk tidak terus mengembangkannyaâ
Kedepannya saya berharap agar ada industri nasional yang mau dan mampu memproduksi membran ThamriON ini sehingga dapat dikomersialisasikan kepada masyarakat luas, selain juga menciptakan kemandirian industri nasional Indonesiaâ, kata Dewi. (YRA/humas).
Dengan nama produk ThamriON, membran yang dikembangkan oleh Dewi dan tim memiliki beberapa kelebihan dibanding membran komersial. Membran ini bisa digunakan dalam dua jenis fuel cell yaitu fuel cell berbahan bakar gas hidrogen dan fuel cell berbahan bakar likuid alkohol. Penggunaan membran ThamriON akan semakin meningkatkan efisiensi fuel cell karena dapat mengurangi leak hingga 50%. Pengembangan membran ini telah dilakukan sejak tahun 2006 lalu bekerjasama dengan industri nasional dalam penyediaan bahan bakunyaâ.
Membran ini juga memiliki harga yang jauh lebih murah dibanding dengan membran komersial. Jika membran komersial yang sekarang dijual di pasaran harganya berkisar US$1000/m2, maka membran ThamriON dari harga materialnya saja hanya Rp 2000/m2, lanjut Dewi.
Proses pembuatan membran dimulai dari polimer jenis Acrylonitrile Butadiene Styrene (ABS) dengan ketebalan 60 mikron yang bersifat isolator, kemudian disulfunasi menggunakan asam sulfat biasa hingga berubah sifat menjadi konduktor. Setelah itu, proses dilanjutkan dengan menambahkan nanopartikel pada membran Proses penambahan nanopartikel ini bahkan telah mendapat penghargaan dalam Asian Excellence Awards di Jepang pada 2009 lalu, jelas Dewi.
Kurang berkembangnya fuel cell di Indonesia menurut Dewi membuat komersialisasi membran ThamriON masih harus menunggu Namun demikian, meskipun tidak digunakan dalam fuel cell, membran ini masih dapat dimanfaatkan sebagai filter untuk ion logam dalam proses pengolahan limbah. Jadi tidak ada alasan untuk tidak terus mengembangkannyaâ
Kedepannya saya berharap agar ada industri nasional yang mau dan mampu memproduksi membran ThamriON ini sehingga dapat dikomersialisasikan kepada masyarakat luas, selain juga menciptakan kemandirian industri nasional Indonesiaâ, kata Dewi. (YRA/humas).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar